Panser Anoa 6×6 merupakan kendaraan pengangkut personel (APS-3) yang dikem- bangkan PT Pindad Indonesia. Nama ‘Anoa’ diambil dari jenis hewan kerbau khas Sulawesi. Ketika itu Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menamai panser tersebut. Prototipe Panser Anoa pertama kali diperkenalkan pada peringatan ulang tahun ke-61 Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 5 Oktober 2006 di Cilangkap, Jakarta Timur.
Sejarah Anoa
Menurut Presiden Direktur PT Pindad (Persero) Ir. Adik Avianto Soedarmono, MSIE, Ph.D, lahirnya produk-produk militer di dalam negeri berawal dari penerapan embargo militer oleh Amerika Serikat terhadap Indonesia. Karena kondisi itulah In donesia kemudian merancang peralatan militer secara mandiri. Saat melakukan operasi militer di Aceh pada 2003, TNI mengalami masalah opera- sional kendaraan tempur dan kendaraan angkut personel. Pasalnya, suku cadang sulit diperoleh gara-gara embargo tersebut. Waktu itu, TNI membutuhkan kendaraan angkut personel khusus yang mendesak. Panglima TNI saat itu, Endriartono Sutarto, meminta bantuan ke PT Pindad (Persero) untuk merancang kendaraan tempur angkut personel
Permintaan tersebut ditanggapi Pindad yang dengan anggaran terbatas merancang APR-1V, sebuah kendaraan tempur yang nantinya menjadi cikal bakal Panser Anoa 6×6. Dengan dibantu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PT Pindad merancang penyempurnaan APR-1V menjadi Panser APS berbagai varian. Dalam perjalanannya, APS mengalami berbagai penyempurnaan, mulai dari penggantian komponen mesin dan baja lokal.
Pada 2006 pengembangan panser APS-3 dengan mesin dan penggerak dari Renault Prancis dimulai. Panser itulah yang kemudian menjelma menjadi Panser Anoa 6X6, yang dibuat menjadi 2 prototipe. Menurut Adik, persentase komposisi Panser Anoa ialah 60% materi dalam negeri dan 40% impor. Setelah muncul prototipe, pada 2008 Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memesan 150 Panser Anoa untuk TNI. Bagi PT Pindad, hal itu merupakan kejutan sekaligus tanta ngan. Berkat kerja keras, tutur Adik, PT Pindad akhirnya berhasil memenuhi pesanan pemerintah.
Pesanan 150 Panser Anoa menjadi angin segar bagi pabrik persenjataan yang sudah berstatus BUMN itu. Bagi PT Pindad, dengan total pemasukan melebihi Rp1 triliun, operasional produksi Anoa pun berjalan lancar. Sebaliknya bagi TNI, merupakan kebanggaan bisa didukung sistem persenjataan buatan anak bangsa. Secara resmi Panser Anoa melengkapi persenjataan militer Indonesia sejak Juli 2009.
Panser yang dibanderol mulai harga Rp. 8 miliar per unit ini telah dirancang dan di- produksi sebanyak 7 varian, yakni varian ambulans, angkut personel (APC), komando, logistik BBM, logistik munisi, dan mortir 80 carrier. Selanjutnya, pesanan pun berdatangan. Bukan hanya dari TNI, melainkan juga dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Dalam setahun PT Pindad memproduksi sebanyak 80 unit Anoa per tahun.
Pada awalnya keandalan kendaraan tempur Panser Anoa 6×6 yang mengadopsi panser VAB buatan Prancis ini sempat diragukan. Namun, kini sang Anoa telah menjadi idola bagi militer Indonesia. Yang tak kalah membanggakan ialah Panser Anoa telah menjelajah hingga ke Lebanon. Anoa ikut mendukung tugas Pasukan Perdamaian PBB Indonesia, Satgas Indo FPC (Force Protection Company) TNI Konga XXVI-D2/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon), yang dipimpin Dansatgas Mayor Inf Elias Mamahi.
Panser berwarna putih dengan tulisan ‘UN’ ini dipakai personel TNI untuk mengamankan dan mengawal perjalanan Force Commander UNIFIL Mayjen Paolo Serra dalam kegiatan Tripartite Meeting di area UNP 1-32 A, tepatnya di perbatasan Lebanon dan Israel pada Januari 2013 lalu. Panser tersebut juga menjaga area pertemuan UNIFIL dengan delegasi Israel dan Suriah. Ada 20 Panser Anoa yang dikirim untuk mengamankan situasi di perbatasan Lebanon dan Israel. Mereka menjadi panser favorit di Lebanon.
Secara tak langsung hal itu merupakan promosi yang baik bagi PT Pindad sekaligus pembuktian bahwa produk dalam negeri tak kalah dengan persenjataan negara adidaya. Anoa pun semakin dikenal oleh dunia ketika tampil dalam event BRIDEX 2011 di Brunei Darussalam.
Kecanggihan Anoa
Anoa secara resmi diperkenalkan kepada publik dalam Indo Defense Expo 2010. Untuk kemampuan berenang di air dangkal, Anoa dilengkapi dengan baling-baling waterjet. Selain itu, Anoa dilengkapi RWS senapan mesin kaliber 7,62 mm. Panser buatan Pindad ini memiliki lengkung kubah dan relokasi peluncur granat asap dari sisi kendaraan di atas pengemudi dan penumpang. Adapun RWS dikendalikan dari jarak jauh dari dalam Anoa dengan bantuan joystick. Jendela antipeluru yang dapat dibuka dan ditutup dari dalam kendaraan bila diperlukan pun menambah kehebatan Anoa. Setelah sukses membuat kendaraan tempur Panser Anoa 6×6, PT Pindad (Persero) merancang dan mengembangkan kendaraan tempur taktis mirip Humvee buatan Amerika Serikat (AS) sejak 2010. Kendaraan tempur yang diberi nama Komodo ini dirancang sangat modern dan lincah. Nama Komodo diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2012 saat berlangsung Indo Defense Expo di Jakarta.
Kendaraan taktis (rantis) Komodo dirancang pada 2011 dan sudah diuji coba di lapangan. Rantis Komodo memiliki kemampuan lincah bergerak di medan berlumpur, berpasir, jalur terjal dengan tanjakan 31 derajat dan kemiringan 17 derajat, serta kemampuan jelajah hingga 450 km. Dengan kemampuan memproduksi alat utama sistem persenjataan sendiri, secara otomatis sistem pertahanan negara kita pun akan semakin kuat.
Sumber.
Sejarah Anoa
Menurut Presiden Direktur PT Pindad (Persero) Ir. Adik Avianto Soedarmono, MSIE, Ph.D, lahirnya produk-produk militer di dalam negeri berawal dari penerapan embargo militer oleh Amerika Serikat terhadap Indonesia. Karena kondisi itulah In donesia kemudian merancang peralatan militer secara mandiri. Saat melakukan operasi militer di Aceh pada 2003, TNI mengalami masalah opera- sional kendaraan tempur dan kendaraan angkut personel. Pasalnya, suku cadang sulit diperoleh gara-gara embargo tersebut. Waktu itu, TNI membutuhkan kendaraan angkut personel khusus yang mendesak. Panglima TNI saat itu, Endriartono Sutarto, meminta bantuan ke PT Pindad (Persero) untuk merancang kendaraan tempur angkut personel
Permintaan tersebut ditanggapi Pindad yang dengan anggaran terbatas merancang APR-1V, sebuah kendaraan tempur yang nantinya menjadi cikal bakal Panser Anoa 6×6. Dengan dibantu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PT Pindad merancang penyempurnaan APR-1V menjadi Panser APS berbagai varian. Dalam perjalanannya, APS mengalami berbagai penyempurnaan, mulai dari penggantian komponen mesin dan baja lokal.
Pada 2006 pengembangan panser APS-3 dengan mesin dan penggerak dari Renault Prancis dimulai. Panser itulah yang kemudian menjelma menjadi Panser Anoa 6X6, yang dibuat menjadi 2 prototipe. Menurut Adik, persentase komposisi Panser Anoa ialah 60% materi dalam negeri dan 40% impor. Setelah muncul prototipe, pada 2008 Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memesan 150 Panser Anoa untuk TNI. Bagi PT Pindad, hal itu merupakan kejutan sekaligus tanta ngan. Berkat kerja keras, tutur Adik, PT Pindad akhirnya berhasil memenuhi pesanan pemerintah.
Pesanan 150 Panser Anoa menjadi angin segar bagi pabrik persenjataan yang sudah berstatus BUMN itu. Bagi PT Pindad, dengan total pemasukan melebihi Rp1 triliun, operasional produksi Anoa pun berjalan lancar. Sebaliknya bagi TNI, merupakan kebanggaan bisa didukung sistem persenjataan buatan anak bangsa. Secara resmi Panser Anoa melengkapi persenjataan militer Indonesia sejak Juli 2009.
Panser yang dibanderol mulai harga Rp. 8 miliar per unit ini telah dirancang dan di- produksi sebanyak 7 varian, yakni varian ambulans, angkut personel (APC), komando, logistik BBM, logistik munisi, dan mortir 80 carrier. Selanjutnya, pesanan pun berdatangan. Bukan hanya dari TNI, melainkan juga dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Dalam setahun PT Pindad memproduksi sebanyak 80 unit Anoa per tahun.
Pada awalnya keandalan kendaraan tempur Panser Anoa 6×6 yang mengadopsi panser VAB buatan Prancis ini sempat diragukan. Namun, kini sang Anoa telah menjadi idola bagi militer Indonesia. Yang tak kalah membanggakan ialah Panser Anoa telah menjelajah hingga ke Lebanon. Anoa ikut mendukung tugas Pasukan Perdamaian PBB Indonesia, Satgas Indo FPC (Force Protection Company) TNI Konga XXVI-D2/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon), yang dipimpin Dansatgas Mayor Inf Elias Mamahi.
Panser berwarna putih dengan tulisan ‘UN’ ini dipakai personel TNI untuk mengamankan dan mengawal perjalanan Force Commander UNIFIL Mayjen Paolo Serra dalam kegiatan Tripartite Meeting di area UNP 1-32 A, tepatnya di perbatasan Lebanon dan Israel pada Januari 2013 lalu. Panser tersebut juga menjaga area pertemuan UNIFIL dengan delegasi Israel dan Suriah. Ada 20 Panser Anoa yang dikirim untuk mengamankan situasi di perbatasan Lebanon dan Israel. Mereka menjadi panser favorit di Lebanon.
Secara tak langsung hal itu merupakan promosi yang baik bagi PT Pindad sekaligus pembuktian bahwa produk dalam negeri tak kalah dengan persenjataan negara adidaya. Anoa pun semakin dikenal oleh dunia ketika tampil dalam event BRIDEX 2011 di Brunei Darussalam.
Kecanggihan Anoa
Anoa secara resmi diperkenalkan kepada publik dalam Indo Defense Expo 2010. Untuk kemampuan berenang di air dangkal, Anoa dilengkapi dengan baling-baling waterjet. Selain itu, Anoa dilengkapi RWS senapan mesin kaliber 7,62 mm. Panser buatan Pindad ini memiliki lengkung kubah dan relokasi peluncur granat asap dari sisi kendaraan di atas pengemudi dan penumpang. Adapun RWS dikendalikan dari jarak jauh dari dalam Anoa dengan bantuan joystick. Jendela antipeluru yang dapat dibuka dan ditutup dari dalam kendaraan bila diperlukan pun menambah kehebatan Anoa. Setelah sukses membuat kendaraan tempur Panser Anoa 6×6, PT Pindad (Persero) merancang dan mengembangkan kendaraan tempur taktis mirip Humvee buatan Amerika Serikat (AS) sejak 2010. Kendaraan tempur yang diberi nama Komodo ini dirancang sangat modern dan lincah. Nama Komodo diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2012 saat berlangsung Indo Defense Expo di Jakarta.
Kendaraan taktis (rantis) Komodo dirancang pada 2011 dan sudah diuji coba di lapangan. Rantis Komodo memiliki kemampuan lincah bergerak di medan berlumpur, berpasir, jalur terjal dengan tanjakan 31 derajat dan kemiringan 17 derajat, serta kemampuan jelajah hingga 450 km. Dengan kemampuan memproduksi alat utama sistem persenjataan sendiri, secara otomatis sistem pertahanan negara kita pun akan semakin kuat.
Sumber.
1 comment:
Panser Anoa produksi pindad adalah senjata andalan Indonesia
Post a Comment